Kakek di Bandung Hidup Sebatang Kara Tinggal di Gubuk Derita

April 21, 2017

Marinews99 - sungguh Malang takdir Tarsa (82). Kakek ini hidup sebatang kara di sebuah gubuk berukuran 2 x 3 meter. Kondisi gubuknya sangat mengkhawatirkan tak ubahnya kandang hewan ternak.

Gubuk derita Tarsa berada di tengah-tengah rumput ilalang dalam area perumahan cukup mewah Sweet Antapani Regency. Lokasinya juga berada tepat di belakang SMP 49 Jalan Antapani, Kota Bandung.

Saat itu Tarsa tengah duduk santai di depan gubuknya bareng seorang saudaranya yang kebetulan berkunjung menjenguknya.

Senyum ramah diperlihatkan keduanya. Tarsa sedikit menuturkan tentang cerita hidupnya yang malang. Sudah dua  tahun gubuk derita ini menjadi tempatnya berlindung dari teriknya mentari dan dinginnya malam.

"Aku telah tinggal 2  tahun di gubuk ini," kata Tarsa sambil tersenyum.

Gubuk derita Tarsa berada di tengah-tengah rumput ilalang. Di depan dan di samping gubuknya terdapat kandang ayam dan kambing milik orang lain yang dititipkan kepadanya. Bau kotoran hewan ternak cukup tercium.

Selain kandang, di bagian luar ada juga dapur kecil tempatnya memasak beras dan air menggunakan tungku. Sungguh sempit, cuma muat untuk satu  orang. Hanya beralaskan tanah.

Masuk ke bagian dalam gubuk, kondisinya cukup mengkhawatirkan. Cuma ada lemari tua dan kasur lusuh tempatnya beristirahat. Gelap tidak ada sedikit pun cahaya. Wajar saja, tidak ada celah ventilasi. 

"Kieu weh sep kondisina, pengap da teu aya ventilasi (begini kondisinya, pengap enggak ada ventilasi," tutur ia.

Tarsa sudah tinggal di gubuk ini 2  tahun terakhir sejak sang istri mangkat dunia 2012 lalu. Ia membangun gubuk ini seorang diri selama seminggu. Bahan bakunya didapat saat memulung.

"Kalau mulung dapet kayu atau triplek aku bawa. Terus saya bangun lambat laut, jadi gubuk ini," bilang ia.

Semasa hidupnya, Tarsa memang tidak pernah tinggal di tempat nyaman. Dia hanya tinggal dengan membangun gubuk di atas tanah milik orang lain. Tapi, lokasinya dekat dari tempat tinggalnya saat ini.

"Bapak mah jalmi teu gaduh (bapak orang enggak punya). Tinggalna di gubuk weh (tinggal di gubuk aja). Ngabangun di tanah orang lain. Tos sabaraha kali ngalih (udah beberapa kali pindah," kata Tarsa.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Tarsa mencari barang-barang bekas untuk dijual kepada pengepul. Meski kondisi tubuhnya yang telah renta, Tarsa enggan hidup mengandalkan belas kasih orang.

"Dulu mah abah pekerja kasar. Ayeuna tos sepuh jadi mulung weh (saat ini udah usang jadi mulung aja). Embung ngemis ka batur mah (enggak ingin ngemis ke orang). Tapi kalau ada yang kasih aku makan atau apa saya terima.


 http://maripoker.com/register.php

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »